BERBAGI DALAM PUISI
Erwin Wibowo, Pemerhati Sastra, Pegawai Kantor Bahasa Provinsi Lampung
Puisi adalah karya sastra yang mengandung nilai-nilai di dalamnya. Dengan puisi seseoramg dapat mengapresiasikan tentang apa yang dilihat dan mungkin apa yang dirasakannya. Melalui puisi juga, seseorang dapat mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya. Dalam penulisan puisi, penyair dituntut untuk dapat mengungkapkan pemikirannya secara ringkas namun berdaya guna.
Banyak tema yang dapat diangkat dalam menulis puisi. Ada penyair yang memfokuskan dirinya pada tema-tema kemasyarakatan berupa kritik sosial, tema keagamaan, tema percintaan, maupun tema-tema lain yang mampu menggugah perasaan penyair. Tema-tema percintaan rupanya menjadi tema yang lebih banyak diangkat para penyair, baik yang berupa kecintaan pada sesama manusia maupun kecintaan pada sang pencipta. Puisi-puisi yang mengangkat tema percintaan dengan sesama manusia, terutama dengan lawan jenis, lebih banyak ditulis oleh para penyair muda. Hal ini dapat dimaklumi karena rasa cinta merupakan anugerah terindah yang pasti dirasakan oleh semua orang. Kemudian yang membedakan kualitas dan kreativitas setiap penyair adalah cara mereka merangkai kata.
Mambaca puisi-puisi karya M. Amin, siswa SMAN 1 Kotaagung, Tanggamus, yang berjudul “ Ingat Tentang Sebuah Rindu,1”, “Ingat Tentang Sebuah Rindu,2”, “Ingat Tentang Sebuah Rindu,3”, sangat terasa aroma percintaan terhadap lawan jenis. Saya melihat ada suatu kerinduan yang terpendam dalam setiap bait-bait yang ditulis oleh Amin. Pada puisi “Ingat Tentang Sebuah Rindu,1” , pemilihan diksi yang dilakukan oleh Amin sangat baik sehingga menjadikan puisi ini mempunyai kekuatan di dalamnya. /seperti yang pernah kubilang sebelumnya / bahwa kita tidak akan bertemu di pelabuhan ini/. Keyakinan yang kuat telihat pada bait pertama berupa keyakinan bahwa penyair tidak akan bertemu kembali dengan kekasihnya. Pemilihan kata pelabuhan. pada baris kedua sangat memperkuat kesan perpisahan pada puisi ini.
Pada bait ketiga dan keempat penyair berusaha membangkitkan romantisme masa lalu /dan seperti yang sudah berkali-kali / kita berusaha mengecup luka /. Perlahan-lahan penyair menumbuhkan kembali harapannya melalui bait kelima dan keenam. / bidukmu belum sampai / kuharap esok sudah kausandarkan di teluk semangka//. Romantisme masa lalu tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sebuah harapan.
Sama halnya dengan puisi “Ingatan Tentang Sebuah Rindu,1”, puisi “Ingatan Tentang Sebuah Rindu,2”, pun dirangkai menjadi kata yang penuh makna dengan pemilihan diksi penuh perhitungan. Pembaca dapat merasakan bahwa setiap tanda dan kata yang digunakan mewakili pikiran dan perasaan penyairnya.
Amin memilih beberapa metafora yang melambangkan ketegaran hatinya, bersama perompak aku melayari badai / mengarung bersama peluh dan waktu. Hanya saja kehati-hatian Amin dalam memilih kosakata membuat puisinya seolah kekurangan kosakata. Kata tualang yang seharusnya petualang akan menimbulkan nuansa rasa yang berbeda bagi pembacanya. Terlepas dari tujuan Amin untuk menyelaraskan bunyi dengan bait sebelum dan sesudahnya, penyingkatan ini malah dapat menimbulkan kerancuan. Pembaca akan mengira bahwa kata tualang merupakan kosakata baru yang jarang digunakan. Kekuatan Amin dalam puisi “Ingatan Tentang Sebuah Rindu,2” tidak hanya pada penggunaan metafor, tetapi juga pada kosakata yang mengandung nilai lokal dengan menggunakan kosakata puyang pada bait keempat.
Pada Puisi “Ingatan Tentang Sebuah Rindu,3” Amin mencoba mamakai metafora yang sederhana dalam puisinya. Sisi romantis sangat terasa dalam puisi ini. Amin dalam puisi ini mencoba mengisahkan tentang kisah cinta aku lirik yang belum juga terbalaskan, hingga pada akhirnya yang dicintai oleh aku lirik pergi kasih yang kutanam belum juga jadi benih / rindu yang kupendam belum juga terbayarkan / kamu yang kini hanya menjelma angan-angan / menebar pesona asoka. Pada bait kedua, Amin menekankan betapa besarnya cinta yang dirasakan oleh Aku lirik, pernah kulihat kamu diujung jalan sana / dengan senyum mengembang / tapi tak kauberi kesempatan / untuk sekedar meninggalkan harummu//.
Pada puisi “Bualan Penyanyi Jalanan” Amin ingin menceritakan tentang kisah pengamen jalanan. Selain itu, ada kritik sosial yang ingin disampaikan penyair. Sebuah ironi kehidupan diangkat penyair sebagai bahan renungan. Amin ingin menyampaikan pada pembaca bahwa kemewahan dan makanan enak hanya ada dalam harapan penyanyi jalanan. Mereka tahu bahwa harapan itu hanya sebatas bualan yang tak akan pernah jadi kenyataan yang selalu menceritakan kemewahan / makanan enak dan kebebasan / berbusa mulut dan hidung mereka / melantunkan pengharapan dari sudut hari / yang paling dalam / namun itu hanya bualan belaka//.
Pada puisi “Tentang” Amin mencoba melukiskan tentang seseorang yang dikasihinya. Amin melukiskan bagaimana gambaran tentang fisik dari seorang wanita yang dia kagumi. rinai-rinai hujan jadi rambutmu yang arang / keong-keong jadi matamu yang emas / dan kurelakan jantungku jadi / bibirmu yang delima. Pemakaian metafora sangat terasa dalam puisi ini, kata rinai-rinai hujan dihadirkan oleh untuk menggambarkan rambut wanita itu yang lurus dan tergerai indah, kemudian arang dihadirkan untuk menggambarkan rambutnya yang hitam. Untuk menggambarkan bagaimana indahnya mata sang wanita itu, Amin juga memakai metafora dan ada permainan kata, yang jarang dipilih oleh penulis muda, sehingga mendapatkan kesan puitis.
Pada puisi “Nyanyian Tengah Malam”, Amin mengisahkan tentang rindunya kepada seseorang yang dia kasihi. Dalam puisi ini Amin mengajak kita kembali kepada realitas ketika seseorang sedang merasakan sakit hati kerena ditinggal oleh kekasihnya. bara yang masih menyala di perapian / tak juga kupadamkan karena aku / masih perlu menghangatkan tubuh / dari dingin hati yang menyalju. Pada bait ini tergambar jelas bagaimana keadaan aku lirik yang sedang terluka hatinya, dikarenakan ditinggal oleh kekasihnya. Aku selalu dapat meresapi nyanyianmu di sudut sana, dalam baris ini, tergambarkan bahwa aku lirik sangat kenal akan segalanya dari kekasihnya itu. Hingga pada bait terakhir, terlihat adanya penyesalan yang dialami oleh aku lirik, yang belum sempat terucapkan, sesungguhnya belum kugenapkan / kata-kata sebelum kau benar-benar pergi. Jika ditelaah lebih dalam, puisi ini menunjukkan religiusitas penyair. Seseorang yang dia kasihi, sang pencipta, digambarkan sebagai kekasih yang sempat dilupakannya. Penyesalan kemudian muncul tatkala penyair merasa benar-benar menjadi makhluk yang dilupakan kekasihnya, Sang Pencipta.
Secara keseluruhan puisi-puisi Amin menimbulkan pencerahan bagi penikmat karya sastra. Rasa cinta diungkapkannya dengan lugas melalui jalinan kata-kata yang membuat pembacanya terlena dan kemudian terbawa dalam nuansa sendu puisinya. Kekuatan dan kekhasan karya Amin dapat dilihat melalui diksi yang digunakannya. Semoga karya Amin tetap dapat kita nikmati. Sukses!
Diterbitkan di Radar Lampung, pada tanggal 1 Ferbuari 2009
Puisi-puisi M. Amin (SMAN 1 Kotaagung, Tanggamus)
Nyanyian Tengah Malam
bara yang masih menyala di perapian
tak juga kupadamkan karena aku
masih perlu menghangatkan tubuh
dari dingin hati yang menyalju
tak ubahnya seperti seorang phobia
di tengah malam yang sepi
dan hentakan-hentakan sepatu
di halaman rumah menyirapkan darahku
yang menggelegak oleh bayang-bayang
aku selalu dapat meresapi nyanyianmu di sudut sana
Aduuh. bagus bgt desain blognya, + isinya gak kalah keren. Salam kenal, kita penggemar puisi. Tambah ilmu nih dengan baca posting Anda. Mampir juga ke blog saya. Ada ebook puisi juga, please download it !!