Puisi Untuk Cinta
Erwin Wibowo, Pemerhati Sastra di Bandarlampung
Menulis puisi bukanlah perkara mudah, tetapi bukan pula perkara susah. Perbedaan puisi dengan karya fiksi lain, di antaranya, ditandai dengan tipografi atau tata bentuknya. Selain, tentunya, dibedakan pula oleh pemilihan katanya. Dalam perkembangannnya puisi mengalami berbagai macam perubahan. Puisi tradisional, atau yang biasa disebut pantun, merupakan cikal bakal lahirnya puisi modern yang kita kenal sekarang ini.
Dulu, pantun dan sejenisnya ditulis dengan gaya bahasa dan tata bentuk yang monoton. Ada keseragaman jumlah baris, keseragaman pola rima dan irama, bahkan keseragaman isi atau makna. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika zaman dulu kita mengenal pantun jenaka, pantun teka-teki, pantun percintaan, dan pantun nasihat.
Semakin maju peradaban manusia, tentunya, semakin maju pula cara berpikirnya. Dalam bidang sastra, hal ini, salah satunya, dapat dilihat melalui karya-karya yang dihasilkan para penulis. Puisi yang dulu ditulis dengan pola yang seragam, sekarang sudah tidak lagi dibatasi oleh aturan-aturan. Konon, karya sastra merupakan salah satu bentuk ekspresi kebebasan penulisnya.
Sutardji Calzoum Bachri, bahkan, tidak hanya mengekspresikan kebebasannya melalui puisi. Dia juga membebaskan kata-kata dari maknanya. Kemudian lahirlah karya-karyanya yang terkenal dengan puisi mantra karena puisi-puisi yang dihasilkannya tidak lagi menggunakan kata-kata yang lazim. Dia berpendapat bahwa kata itu harus bebas dari segala belenggu karena kata-kata bisa menciptakan dirinya sendiri.
Dulu, pantun dan sejenisnya ditulis dengan gaya bahasa dan tata bentuk yang monoton. Ada keseragaman jumlah baris, keseragaman pola rima dan irama, bahkan keseragaman isi atau makna. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika zaman dulu kita mengenal pantun jenaka, pantun teka-teki, pantun percintaan, dan pantun nasihat.
Semakin maju peradaban manusia, tentunya, semakin maju pula cara berpikirnya. Dalam bidang sastra, hal ini, salah satunya, dapat dilihat melalui karya-karya yang dihasilkan para penulis. Puisi yang dulu ditulis dengan pola yang seragam, sekarang sudah tidak lagi dibatasi oleh aturan-aturan. Konon, karya sastra merupakan salah satu bentuk ekspresi kebebasan penulisnya.
Sutardji Calzoum Bachri, bahkan, tidak hanya mengekspresikan kebebasannya melalui puisi. Dia juga membebaskan kata-kata dari maknanya. Kemudian lahirlah karya-karyanya yang terkenal dengan puisi mantra karena puisi-puisi yang dihasilkannya tidak lagi menggunakan kata-kata yang lazim. Dia berpendapat bahwa kata itu harus bebas dari segala belenggu karena kata-kata bisa menciptakan dirinya sendiri.
Menulis puisi dapat juga diartikan menuliskan kembali pengalaman, pengetahuan, dan perasaan si penulis. Terlepas dari mutu dan kualitas yang dihasilkan, paling tidak melalui puisi ada ide besar yang ingin diungkapkan oleh penulisnya. Tema-tema yang kerap diangkat menjadi sebuah puisi biasanya berkisar seputar masalah percintaan dan tema-tema kemanusiaan. Bukan sekadar merangkai kata-kata menjadi suatu untaian kata yang indah, tetapi menulis puisi juga memerlukan ‘rasa’ di dalamya, sehingga kata yang terangkai mempunyai makna yang jelas.
Masa remaja adalah masa di mana setiap manusia mencari indentitas dirinya. Saat masa remaja pula, banyak orang yang mulai mengenal yang namanya cinta dan mencintai. Cinta terhadap pencipta dan cinta terhadap makhluk-Nya. Banyak cara remaja mengungkapkan cinta, salah satunya dengan menulis puisi.
Membaca kumpulan puisi Fitri Rahmawati, siswa kelas IX, SMPN 12 Bandarlampung, yang terasa pertama kali adalah rangkaian kata-kata yang romantik. Hampir semua puisi Fitri bertemakan cinta. Kata-kata yang dihadirkan oleh Fitri pun cukup sederhana, tetapi sepertinya Fitri sudah mempertimbangkan rasa di dalamnya. Setiap kata yang dipilih dan kemudian disusun oleh Fitri penuh pertimbangan. Pembaca dapat merasakan bahwa susunan kata-kata itu tidak asal jadi layaknya sebuah buku harian.
Pada puisi yang berjudul “Puisi Cinta” dan “Selamat Tinggal Malaikat Cintaku”, fitri mencoba mengisahkan tentang duka yang dialami seseorang yang sedang bercinta, ditinggalkan dan meninggalkan adalah salah satu risiko yang akan terjadi saat orang menjalani percintaan. Pada “Puisi Cinta” fitri memakai bahasa yang sederhana, tidak terlalu banyak bermain dengan metafora di dalamnya, Kekasih yang terpilih // Sesaat aku terhanyut dalam lautan cintanya yang memabukkan. // Serasa mengulang kembali setiap keindahan yang tercipta ribuan hari yang lalu. // Cinta yang terlalu indah untuk dikatakan dan terlalu manis untuk dikenang. // Yang akhirnya hilang dalam penantianku yang panjang dan tak ada kepastian. Pada bait pertama ini, fitri membuka puisinya dengan suatu pernyataan “kekasih yang terpilih”. Sungguh menarik menurut saya. Pada bait ini pula, kecermatan fitri dalam menulis puisi sudah terlihat, salah satunya dengan pemilihan diksi yang baik Serasa mengulang kembali setiap keindahan yang tercipta ribuan hari yang lalu. Ada yang menarik pada bait keempat pada puisi ini. sesuatu yang mengejutkan menurut saya, Dan ya…. Akhirnya wanita seperti itulah yang terpilih untukku. Kata wanita sangat mengejutkan saya, ternyata fitri, bercerita tentang orang lain di dalam puisinya ini.
Pada puisi “Selamat Tinggal Malaikat Cintaku”, masih sama dengan puisi “Puisi Cinta” mengisahkan tentang seseorang yang pernah gagal menjalani percintaan, tetapi bersikap tegar. Pada puisi ini juga terlihat bahwa kegagalan cinta bukan akhir dari segalanya, Selamat tinggal malaikat cintaku, kau hanyalah seorang lelaki yang harus melanjutkan hidup, bagitupun denganku. Masih mengangkat tema seputar kisah cinta, pada puisi “Hidup Untuk Cinta” fitri mencoba bermain dengan metafora didalamnya, jika kita melihat lukisan matahari terbit. // Atau tibanya malam dikala matahari tenggelam. // Atau keindahan hutan dan ketinggian gunung. Suatu metafora yang baik, untuk menggambarkan bagaimana indahnya anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada umatnya. Fitri sedikit memandang arti cinta secara universal. Pada puisi ini, Fitri yakin bahwa Tuhan akan memberikan sesuatu yang terbaik untuk umatnya. Akan tetapi, pada bait kedua terlihat keputusasaan dari seorang Fitri, jika datang suatu hari nanti, dimana sayap-sayap cintaku telah patah // Dan harapanku telah musnah. Pastilah itu akan menjadi akhir dalam kehidupanku.
Pada puisi “Keajaiban Cinta” Fitri membuka puisinya dengan suatu yang menarik, “Aku tak tau pesonannya yang memikat, atau mungkin akalku yang tak lagi sempat”. Puisi ini bercerita tentang bagaimana indahnya jalinan percintaan kedua manusia, suka cita selalu menghampirinya. Pujian terhadap orang yang dikasihinya selalu tertuang dalam setiap hidup “Aku Lirik”. Akan tetapi, dalam perjalanan cintanya, “Aku lirik” tidak menemukan apa yang dicarinya. Kebahagiaan tidak didapatnya, “Namun, masihkan itu bernama cinta? // saat tak setitikpun impian tergapai.//Dan aku tercampak kejurang yang tak berdasar.”
Puisi yang berjudul “Arti Sebuah Rasa Bernama Cinta” Fitri mencoba berbagi apa yang dimaksud cinta. Cinta memang anugerah yang diberikan Tuhan kepada mahluk-Nya. Ada suka dan duka dalam menjalani sebuah hubungan percintaan. Cinta memang tidak harus memiliki, sepertinya itulah yang disampaikan oleh Fitri pada bait pertama dan kedua. Pada bait selanjutnya, Fitri bercerita bagaimana cinta itu membuat seseorang menderita, Setiap hari, tanpa henti cinta melukaiku // Aku terjatuh, terseret dan terhempas dilorong ruang dan waktu. // tidakkah cinta memberi setitik kebahagiaan.
Membaca puisi Fitri kita seakan-akan disodorkan dengan permasalahan yang banyak dialami oleh manusia yang sedang dilanda cinta, kesedihan, kebahagiaan, pengorbanan banyak menghiasi perjalanan manusia. Sungguh suatu hal yang luar biasa yang ditulis oleh Fitri Rahmawati. Di usia yang masih dibilang belia ini, Fitri sudah mencoba mengapresiasikan pengalaman hidupnya melalui puisi. Pemakaian kata yang sederhana dalam puisi-puisi Fitri sudah baik. Akan lebih baik jika fitri lebih banyak belajar dan membaca puisi-puisi agar perbendarahaan katanya bertambah. Dengan demikian diharapkan Fitri semakin mahir menempatkan metafora-metafora yang pas dalam puisi-puisinya kelak.
Fitri mempunyai potensi yang baik dalam menulis karya sastra, khususnya puisi. Tentunya tidak semua orang mampu menuangkan ide dan pikirannya menjadi sebuah karya sastra yang bermakna. Di usianya yang masih belia, Fitri merupakan salah seorang yang mampu menuangkan idenya dengan jernih. Banyak sekali tema menarik yang dapat diangkat dalam puisi, tidak hanya tema cinta. Oleh karena itu, kami saya menunggu karya-karya Fitri yang lainnya, tentunya dengan tema yang beragam. Selamat berkarya. Salam budaya.
Masa remaja adalah masa di mana setiap manusia mencari indentitas dirinya. Saat masa remaja pula, banyak orang yang mulai mengenal yang namanya cinta dan mencintai. Cinta terhadap pencipta dan cinta terhadap makhluk-Nya. Banyak cara remaja mengungkapkan cinta, salah satunya dengan menulis puisi.
Membaca kumpulan puisi Fitri Rahmawati, siswa kelas IX, SMPN 12 Bandarlampung, yang terasa pertama kali adalah rangkaian kata-kata yang romantik. Hampir semua puisi Fitri bertemakan cinta. Kata-kata yang dihadirkan oleh Fitri pun cukup sederhana, tetapi sepertinya Fitri sudah mempertimbangkan rasa di dalamnya. Setiap kata yang dipilih dan kemudian disusun oleh Fitri penuh pertimbangan. Pembaca dapat merasakan bahwa susunan kata-kata itu tidak asal jadi layaknya sebuah buku harian.
Pada puisi yang berjudul “Puisi Cinta” dan “Selamat Tinggal Malaikat Cintaku”, fitri mencoba mengisahkan tentang duka yang dialami seseorang yang sedang bercinta, ditinggalkan dan meninggalkan adalah salah satu risiko yang akan terjadi saat orang menjalani percintaan. Pada “Puisi Cinta” fitri memakai bahasa yang sederhana, tidak terlalu banyak bermain dengan metafora di dalamnya, Kekasih yang terpilih // Sesaat aku terhanyut dalam lautan cintanya yang memabukkan. // Serasa mengulang kembali setiap keindahan yang tercipta ribuan hari yang lalu. // Cinta yang terlalu indah untuk dikatakan dan terlalu manis untuk dikenang. // Yang akhirnya hilang dalam penantianku yang panjang dan tak ada kepastian. Pada bait pertama ini, fitri membuka puisinya dengan suatu pernyataan “kekasih yang terpilih”. Sungguh menarik menurut saya. Pada bait ini pula, kecermatan fitri dalam menulis puisi sudah terlihat, salah satunya dengan pemilihan diksi yang baik Serasa mengulang kembali setiap keindahan yang tercipta ribuan hari yang lalu. Ada yang menarik pada bait keempat pada puisi ini. sesuatu yang mengejutkan menurut saya, Dan ya…. Akhirnya wanita seperti itulah yang terpilih untukku. Kata wanita sangat mengejutkan saya, ternyata fitri, bercerita tentang orang lain di dalam puisinya ini.
Pada puisi “Selamat Tinggal Malaikat Cintaku”, masih sama dengan puisi “Puisi Cinta” mengisahkan tentang seseorang yang pernah gagal menjalani percintaan, tetapi bersikap tegar. Pada puisi ini juga terlihat bahwa kegagalan cinta bukan akhir dari segalanya, Selamat tinggal malaikat cintaku, kau hanyalah seorang lelaki yang harus melanjutkan hidup, bagitupun denganku. Masih mengangkat tema seputar kisah cinta, pada puisi “Hidup Untuk Cinta” fitri mencoba bermain dengan metafora didalamnya, jika kita melihat lukisan matahari terbit. // Atau tibanya malam dikala matahari tenggelam. // Atau keindahan hutan dan ketinggian gunung. Suatu metafora yang baik, untuk menggambarkan bagaimana indahnya anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada umatnya. Fitri sedikit memandang arti cinta secara universal. Pada puisi ini, Fitri yakin bahwa Tuhan akan memberikan sesuatu yang terbaik untuk umatnya. Akan tetapi, pada bait kedua terlihat keputusasaan dari seorang Fitri, jika datang suatu hari nanti, dimana sayap-sayap cintaku telah patah // Dan harapanku telah musnah. Pastilah itu akan menjadi akhir dalam kehidupanku.
Pada puisi “Keajaiban Cinta” Fitri membuka puisinya dengan suatu yang menarik, “Aku tak tau pesonannya yang memikat, atau mungkin akalku yang tak lagi sempat”. Puisi ini bercerita tentang bagaimana indahnya jalinan percintaan kedua manusia, suka cita selalu menghampirinya. Pujian terhadap orang yang dikasihinya selalu tertuang dalam setiap hidup “Aku Lirik”. Akan tetapi, dalam perjalanan cintanya, “Aku lirik” tidak menemukan apa yang dicarinya. Kebahagiaan tidak didapatnya, “Namun, masihkan itu bernama cinta? // saat tak setitikpun impian tergapai.//Dan aku tercampak kejurang yang tak berdasar.”
Puisi yang berjudul “Arti Sebuah Rasa Bernama Cinta” Fitri mencoba berbagi apa yang dimaksud cinta. Cinta memang anugerah yang diberikan Tuhan kepada mahluk-Nya. Ada suka dan duka dalam menjalani sebuah hubungan percintaan. Cinta memang tidak harus memiliki, sepertinya itulah yang disampaikan oleh Fitri pada bait pertama dan kedua. Pada bait selanjutnya, Fitri bercerita bagaimana cinta itu membuat seseorang menderita, Setiap hari, tanpa henti cinta melukaiku // Aku terjatuh, terseret dan terhempas dilorong ruang dan waktu. // tidakkah cinta memberi setitik kebahagiaan.
Membaca puisi Fitri kita seakan-akan disodorkan dengan permasalahan yang banyak dialami oleh manusia yang sedang dilanda cinta, kesedihan, kebahagiaan, pengorbanan banyak menghiasi perjalanan manusia. Sungguh suatu hal yang luar biasa yang ditulis oleh Fitri Rahmawati. Di usia yang masih dibilang belia ini, Fitri sudah mencoba mengapresiasikan pengalaman hidupnya melalui puisi. Pemakaian kata yang sederhana dalam puisi-puisi Fitri sudah baik. Akan lebih baik jika fitri lebih banyak belajar dan membaca puisi-puisi agar perbendarahaan katanya bertambah. Dengan demikian diharapkan Fitri semakin mahir menempatkan metafora-metafora yang pas dalam puisi-puisinya kelak.
Fitri mempunyai potensi yang baik dalam menulis karya sastra, khususnya puisi. Tentunya tidak semua orang mampu menuangkan ide dan pikirannya menjadi sebuah karya sastra yang bermakna. Di usianya yang masih belia, Fitri merupakan salah seorang yang mampu menuangkan idenya dengan jernih. Banyak sekali tema menarik yang dapat diangkat dalam puisi, tidak hanya tema cinta. Oleh karena itu, kami saya menunggu karya-karya Fitri yang lainnya, tentunya dengan tema yang beragam. Selamat berkarya. Salam budaya.
Diterbitkan di Radar Lampung, tanggal 17 Mei 2009
PUISI CINTA.
Kekasih yang terpilih.
Sesaat aku terhanyut dalam lautan cintanya yang memabukkan.
Serasa mengulang kembali setiap keindahan yang tercipta ribuan hari yang lalu.
Cinta yang terlalu indah untuk dikatakan dan terlalu manis untuk dikenang .
Yang akhirnya hilang dalam penantianku yang panjang dan tak ada kepastian .
Kau telah menunjukan padaku dunia yang indah dengan cintamu .
Kau telah memberiku sayap dengan membagi harapan – harapanmu padaku.
Kau telah memberiku nama dalam duniaku yang tak bernama .
Kau telah memberiku cahaya dalam duniaku yang tak terlihat .
Untuk itu ku ucapkan terima kasih yang terdalam .
Namun seperti yang telah kau katakan padaku, hidup tak akan pernah cukup hanya dengan cinta.
Butuh lebih dari itu untuk menjalaninya.
Dan aku lebih dari cukup untuk belajar bahwa cinta butuh sesuatu untuk mewujudkannya.
Bukan hanya angan.
Dan kepergianku saat ini atas nama cinta.
Namun itu hanyalah salah satu jalan untuk membahagiakanmu.
Dan ya. . . . akhirnya wanita seperti itulah yang terpilih untukku.
Bukan seorang wanita yang cantik lagi kaya.
Dia hanya seorang wanita yang tak ingin melihatku murung setiap hari memikirkan sesuatu yang tak jelas.
Dia cukup mengerti ketika ku katakan akan menunggunya hingga kapanpun .
Dan dia memberiku kesempatan sejenak untuk mencintaimu .
Selamat Tinggal Malaikat Cintaku.
Aku pernah mencintaimu dan kemudian kehilangan .
Dalam ketiadakan aku mencoba untuk bertahan .
Namun hari ini yang kurasakan berbeda .
Aku tak tahu ini cinta atau bukan .
Yang kutahu aku tak bisa jika harus hidup tanpanya .
Jadi jangan lagi kau tanyakan tentang hal itu .
Sebab,akhirnya aku telah belajar jika cinta tak hanya bicara.
Tapi belajar untuk mengerti, belajar untuk mendengar, lalu bertindak.
Selamat tinggal malaikat cintaku, kau hanyalah seorang lelaki yang harus melanjutkan hidup, begitupun denganku .
Doakan aku bahagia seperti aku mendoakan kebahagiaanmu .
Carilah seseorang tempat kau membagi mimpi-mimpi indahmu .
Karna hidup ini terlalu singkat untuk dilalui seorang diri .
Hidup untuk cinta.
Jika kita melihat lukisan matahari terbit .
Atau tibanya malam dikala matahari tenggelam .
Atau keindahan hutan dan ketinggian gunung .
Lalu kita melihat semua itu secara nyata .
Maka kita akan memahami, kenyataan benda–benda itu lebih indah dari apapun yang bisa di lukis .
Aku tidak sedang berkhayal tentang kebahagiaan tapi pengharapan yang aku yakin suatu saat akan terwujud.
Jika datang suatu hari nanti, dimana sayap – sayap cintaku telah patah.
Dan harapanku telah musnah .
Pastilah itu akan menjadi akhir dalam kehidupanku .
Tiada artinya kehidupan seseorang jika tak memiliki hati .
Dan tiada gunanya hati jika tak memiliki cinta.
Keajaiban cinta.
“Aku tak tahu pesonanya yang memikat, atau mungkin akalku yang
tak lagi ditempat”
Dia telah kembali kesini. Dan sekarang telah menjadi peri kecilku.
Lihatlah tak berkurang seincipun keindahannya yang dulu nyaris mendobrak kesunyianku.
Lihatlah,tak seincipun perasaanku bergeser atasnya.
Lihatlah pula keangkuhan dan kekeraskepalaannya yang membuatku setengah mati terhempas mengejar bayangnya.
Lihatlahpula kecermelangan isi kepala dan kilauan batinnya yang mampu membuatku merasa sanggup menempuhi apapun tembok tinggi yang menghalangi langkahku.
Namun, masihkah itu bernama cinta?
Saat tak setitikpun impian itu tergapai.
Dan aku tercampak kejurang yang tak berdasar.
Masihkah itu bernama cinta?
Yang akhirnya sempurna menemani malamku yang paling senyap.
Dan lihatlah dia kini.
Dia kini bukan lagi seorang yang seperti dahulu.
Dia kini bukan lagi kembang ranum yang masih menyisakan segarnya embun pagi dikelopak bunganya.
Dia kini seorang induk kucing yang tangguh dan seekor induk merak yang dengan megahnya membentengi setiap desau angin yang mencoba berkesiut mengganggu ketentramannya.
Maka…
Masihkah kau menyimpan yang sama seperti dulu lagi?
Jika jawabanmu lagi – lagi iya, siapkah kau untuk melangkah selanjutnya?
Atau hanya sampai disini, sebuah rasa bernama cinta berujung?
Arti sebuah rasa bernama cinta.
Maaf jika telah menganggu hari – harimu.
Aku memang tak berani untuk bilang cinta.
Sebab cinta dimataku bukanlah sesuatu yang harus diucap.
Cinta tak perlu kata atau kalimat.
Sebab cinta bukanlah dongeng yang harus dicatat.
Cinta adalah angin yang bisa kita rasakan tanpa harus kita tahu bentuk dan wujudnya.
Namun, satu hal yang pasti.
Apapun darimu, kau akan tetap menjadi sungai dimana inspirasiku mengalir.
Setiap hari, tanpa henti Cinta melukaiku.
Terluka dan terluka lagi hati ini.
Aku terjatuh, terseret dan terhempas dilorong ruang dan waktu.
Tiadakah cinta memberi setitik kebahagiaan.
Maafkan aku dunia, karena aku tak mampu mencintai seorangpun ditempatmu ini.
Meskipun aku telah berusaha dengan sejuta pengorbanan.
Namun aku gagal membuktikan cinta itu abadi.
Aku lelah jika harus terluka dalam setiap perjalanan cintaku.
Apakah aku hanya diam dan menunggu cinta datang menghampiri?
Aku terlalu lelah ketika sudah cukup lama mencari cinta.
Namun dalam kenyataannya, kutemukan bahwa cintalah yang mencariku.
Dan akulah yang dicarinya
Nama :Fitri Rahmawati
No Induk: 4519
Sekolah :SMP Negeri 12 Bandar Lampung.
Kelas : Kelas IX C.
Tempatdan tanggal lahir : Bandar Lampung, 6 Maret 1994.
Alamat : Jl. Kelelawar. No.48. Kedaton. Bandar Lampung.
2 Comments:
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kakak buat puisi dari isi hati kakak yach...
bagus n puitis banget..